Punyai Rekan Sharing Membuat Otak Sehat? Ini Bukti Risetnya

Keluarkan keluhan lebih bagus

slot gacor

Seperti roda yang berputar-putar, hidup mustahil bebas dari permasalahan. Malah, beberapa masalah tersebut yang membuat kita tabah dan kuat dalam hadapi hidup. Tetapi, tiap orang memang mempunyai titik pucuknya masing-masing.

Ada saat kita tidak dapat meredam semua penekanan dan perlu keluarkan hati kita. Kita juga pada akhirnya sharing dengan beberapa orang tertentu, entahlah itu keluarga, pasangan, teman dekat, atau bahkan juga orang asing. Lega? Tentunya. Tetapi, rupanya faedah sharing lebih dari tersebut. Punyai rekan sharing rupanya dapat memberikan dukungan kesehatan psikis periode panjang. Berikut bukti risetnya.

sebelum lanjut ke artikel kami ingin merekomendasikan situs gaming online yang aman dan terpercaya yaitu Aladdin138, situs ini adalah situs gaming yang memberikan banyak keuntungan untuk para pemainnya, antara lain adalah bonus, contoh bonusnya adalah bonus rebate, bonus referal, dan lain sebagainya, jadi kenapa kalian tidak mencobanya sekarang dan ikut serta dalam keseruannya

1. Study menyaksikan dampak support sosial pada pengurangan kognitif seperti penyakit Alzheimer dan demensia

Dikutip Everyday Health, sebuah study yang mengikutsertakan team periset Amerika Serikat (AS) dengan judul “Association of Social Dukungan With Brain Volume and Cognition” ingin cari tahu jalinan di antara support sosial dan pengurangan kognitif. Penemuannya dipublikasi dalam jurnal JAMA Network Open pada 16 Agustus 2021 kemarin. Sekitar 2.171 peserta (rerata berumur 60 tahun ke atas) turut dalam riset ini. Sesudah menjawab test neuropsikologi dan survey support sosial, study ini mengharuskan penyekenan magnetic resonance imaging (MRI) untuk mengawasi volume otak. Beberapa peserta tidak menanggung derita demensia, stroke, atau keadaan neurologis yang lain.

Test neuropsikologi dan MRI memungkinkannya beberapa periset untuk memandang:

• Kemampuan kognitif (berpikiran, memfokuskan perhatian, ingatan, bahasa, dan penalaran visual dan spasial)

• Ketahanan kognitif (ukuran kekuatan otak untuk berperan dibanding penuaan fisik)

2. Riset sebelumnya berkenaan support sosial dan kekuatan kognitif

Tidak terturut dalam riset itu, profesor pandemiologi di Columbia University, AS, Guohua Li, MD., DrPH., menjelaskan jika telah ada banyak riset sebelumnya berkenaan bagaimana kondisi sosial seorang mempengaruhi kesehatannya secara detail.

“Makin bertambah bukti jika jalinan dan support sosial berguna untuk kesejahteraan dan kesehatan fisik, psikis, dan kognitif. Isolasi sosial dan kesepian malah hasilkan dampak destruktif,” tutur Guohua dengan terpisahkan.

Kesepian rupanya mempengaruhi kekuatan kognitif. Sebuah riset yang diedarkan dalam International Journal of Geriatric Psychiatry pada Mei 2016 dan mengikutsertakan 8.382 peserta berumur 65 tahun ke atas temukan jika tingkat kesepian yang semakin lebih rendah menghalangi pengurangan kognitif sampai 12 tahun.

Lalu, sebuah study di AS yang dalam jurnal Alzheimer dan Dementia tahun 2017 dan mengikutsertakan 3.294 peserta temukan jika tingkat pertemanan dan support emosional tinggi menekan resiko demensia. Disamping itu, tingkat brain-derived neurotrophic faktor (BDNF) semakin tinggi, atau otak ditanggung semakin kuat.

3. Hasil: mempunyai rekan sharing yang bagus bisa jaga otak masih tetap sehat

Sementara kekuatan kognitif umumnya turun bersamaan penyusutan volume otak saat manusia menua, ketahanan kognitif tinggi bermakna performa kognitif yang lebih bagus untuk menantang dampak penuaan dan masalah otak.

Hasil study temukan jika peserta yang mempunyai rekan sharing yang selalu setia dengarkan curah hati mereka rupanya mempunyai kekuatan dan ketahanan kognitif yang semakin lebih tinggi dibanding yang tidak sama sekalipun.

“Mereka yang mempunyai rekan sharing yang bagus kemungkinan jaga kekuatan otaknya seiring berjalannya waktu . Maka, selainnya jadi rekan sharing, mempunyai rekan sharing yang baik pada hidup bisa tingkatkan kekuatan kognitif dan kesehatan otak,” catat Joel Salinas, MD., pimpinan study asal New York University Grossman School of Medicine, AS.

Namun, beberapa periset tidak temukan jalinan di antara ketahanan kognitif dan empat tipe support sosial. Empat tipe support sosial yang diartikan ialah:

• Seseorang yang memberikan saran yang bagus

• Seseorang yang memperlihatkan cinta dan kasih-sayang

• Seseorang yang tawarkan support emosional

• Interaksi yang cukup hanya orang yang dipercayai

4. Kelemahan dari study itu

Walau riset ini tidak tentukan apa atau bagaimana mempunyai rekan sharing yang bagus bisa tingkatkan peranan kognitif, sharing disangkutkan pengurangan depresi akut dan inflamasi mekanismeik, dua hal yang bisa mempengaruhi otak dari hari ke hari.

Adapun kelemahan pada study itu ialah:

• Tanggapan peserta memiliki sifat anekdotal dan tidak selamanya tepat

• Para periset tidak menghitung support sosial secara obyektif

• Tes neuropsikologi, MRI, dan quesioner support sosial dilaksanakan cuma pada sebuah titik waktu

Riset ini cuma memperlihatkan jika ke-2  faktor (mempunyai rekan sharing yang bagus dan kesehatan otak) hanya berkaitan, tapi tidak mempunyai jalinan karena karena. Tetapi, perlu ditulis, penemuan beberapa periset AS ini menunjukkan riset sebelumnya mengenai support sosial dan kekuatan kognitif.

5. Seperti apakah, sich, rekan sharing yang bagus?

Pernyataan “rekan sharing yang bagus” terus muncul pada artikel berikut. Apa ada standard menjadi rekan sharing yang bagus? Joel menjelaskan jika ada “seni” menjadi rekan sharing yang bagus, tidak sekedar duduk dan menggangguk sepakat apa pun itu yang disebutkan oleh musuh berbicara!

“Siap duduk bersama, memahami apakah yang dikisahkan, mengulang pengucapan supaya pastikan jika narasi mereka didengarkan, dan ajukan pertanyaan supaya musuh berbicara betul-betul keluarkan keluhan mereka”, kata Joel menerangkan.

Tetapi, ini berbeda pada setiap orang. Beberapa orang bisa jadi langsung sharing dengan keluarga, pasangan, teman dekat, atau seseorang. Tetapi, sebagian orang susah untuk dapat terbuka dan temukan rekan sharing yang bagus dan bisa dipercayai.

6. Bagaimana bila tidak punyai rekan sharing?

Periset senior di bagian pengetahuan dan kesehatan sikap di University College London, Dorina Kerudung, PhD., menjelaskan jika kesepian dan isolasi sosial bisa mempengaruhi siapapun.

“Mereka yang kehilangan beberapa hal yang mereka sayangi, alami bencana ironis, peperangan, dan migrasi, dan wabahk COVID-19 dipengaruhi dan batasi jalinan sosial beberapa orang,” kata Dorina yang tidak terturut dalam study itu.

Maka bagaimana bila kamu tidak punyai rekan sharing? Coba untuk meluaskan jaringan sosialmu.

Christina Matz, PhD. dari Boston College School of Social Work menjelaskan jika tergabung dengan club atau jadi relawan akan mempertemukanmu dengan beberapa orang yang banyak memiliki kemiripan. Dengan demikian, kamu menjadi memungkinkan temukan rekan yang dapat kamu yakin.

Karyawan atau terapi sosial bisa jadi rekan sharing yang bagus dan menolongmu meningkatkan jalinan yang semakin lebih dekat sama keluarga, pasangan, dan teman dekat.


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *