
Sucker Punch Production ternyata mulai ada di atas angin pada saat mereka melaunching games bagus dengan judul Ghost of Tsushima pada 17 Juli 2020 kemarin. Seakan tidak senang dengan kreasi besarnya itu, mereka lagi melaunching games dalam lingkaran yang serupa dengan judul Ghost of Tsushima Director’s Cut pada 20 Agustus 2021.
Oh, ya, embel-embel Director’s Cut merujuk pada alur cerita yang sama plus tambahan rupa-rupa yang hendak menghias penjelajahan Jin Sakai si protagonis khusus dalam hadapi masifnya teror bangsa Mongolia. Bukan sekedar tambahan minor biasa, alur cerita akan fokus pada teror baru untuk Jin Sakai.
Sebelum kita lanjut artikel nya aku mau kasih tau kalian kalo ada situs game yang menarik, nama nya okeplay777 ,situs ini menyediakan berbagai game seru dan menyenangkan yang bisa kalian mainkan, situs ini juga sangat menguntungkan kalian, karna dengan bermain game disitus ini kalian bisa mendapatkan uang dan penghasilan, kalian penasaran ga sih? Yuk gabung sekarang juga rasakan keseruan dan keuntungan nya.
Nah, seperti apakah ulasan games penjelajahan samurai itu? Yok, dibaca!
1. Teror baru di Pulau Iki
penjelajahan Jin Sakai dan kudanya yang namanya Kaze (dok. Sucker Punch Production/Ghost of Tsushima Director’s Cut)
Ulasan ini memiliki kandungan spoiler narasi Ghost of Tsushima Director’s Cut.
Sama seperti yang telah disentil awalnya, rupa-rupa tambahan yang ada pada games ini bukan suatu hal yang biasa saja. Sucker Punch sebagai developer sukses menambah teror dan ketakutan baru untuk Jin Sakai, yaitu kehadiran The Eagle, seorang pimpinan shaman atau penyihir yang sanggup memberikan banyak surprise. Yap, satu diantaranya ialah fantasi (kemampuan fantasi) yang hendak menyusahkan si protagonis.
Point ini sebagai salah satunya pembanding paling besar di antara Ghost of Tsushima original dengan Ghost of Tsushima Director’s Cut yang diulas ini kali. Luar biasanya kembali, sebagian besar dari penjelajahan jawara kita berada di Pulau Iki, sebuah pulau kecil di dekat Tsushima yang kebenaran terkuasai oleh pasukan Mongolia. Pengembang sukses jadikan Pulau Iki sebagai pulau yang benar-benar penuh teror baru dan tentu saja lebih padat dibanding Pulau Tsushima.
Well, kamu akan bertualang seperti di games awalnya. Yang penting digarisbawahi ialah pengetahuan jika games ini bukan Ghost of Tsushima II, tetapi cuma hanya expansion pack . Maka, kita tidak akan bermain semakin lama dari games awalnya. Kebalikannya, karena sangat mengenali jalan cerita mengenai Pulau Tsushima, kamu malah akan rasakan durasi waktu permainan yang lumayan singkat.
Tidak boleh berharap lawan yang hendak ditemui jadi lebih gampang. Bukannya menyepelekan mereka, penulis kerap kali dihajar habis karena senjata dari beberapa shaman bertombak panjang. Menyebalkan? Ya, terang! Lawan yang berada di Pulau Iki lebih sulit dan repot untuk ditemui. Belum juga beberapa jenis pasukan Mongolia yang lain, mereka tidak kalah mahir dan gesit.
Tetapi, pada umumnya, plot dan alur cerita yang terdapat sangat baik. Terang Pulau Iki akan membawamu ke sebuah penjelajahan dan kesusahan yang baru. Tidak boleh melupakan kuda yang hendak temani penjelajahan Jin Sakai. Dalam games ini, kamu dapat memakai kuda sebagai senjata untuk gempuran tambahan. Lumayan untuk mempermudahmu hadapi beberapa shaman yang menyebalkan.
2. Gameplay sama, tetapi tidak sama
penjelajahan Jin Sakai dengan gameplay menyenangkan (dok. Sucker Punch Production/Ghost of Tsushima Director’s Cut)
Apabila sudah mainkan Ghost of Tsushima awalnya, gameplay tidak bisa menjadi masalah dan masih tetap dipandang menyenangkan. Pada games ini kali, kamu akan temukan skema dan proses yang sama, tapi tidak persis sama. Aura berlainan akan dirasa dengan intensif pada saat kita hadapi lawan di bawah instruksi The Eagle.
Gerakan taktis pada games pertama kelihatannya tidak akan cukup buat hadapi dan menaklukkan banyak lawan di Pulau Iki. Misalnya, kita harus kerap siap sedia dalam mengganti posisi kuda-kuda atau stance untuk hadapi shaman dengan persenjataan komplet. Bila tidak ini, secara mudah, beberapa musuh itu akan mencederai badan Jin Sakai dari samping dan belakang.
Untuk penulis sendiri, sedikit peralihan gameplay yang diberi oleh Sucker Punch. Justru, dengan rutinitas mainkan gameplay yang awalnya, kamu dapat menuntaskan visi khusus dalam 3 jam. Tetapi, akan sayang jika kamu buang-buang peluang untuk berhubungan pada lingkungan baru di Pulau Iki yang benar-benar menganakemaskan mata.
3. Grafis menjadi harga jual terbaik
Menganakemaskan mata! Ya, kata-kata ini patut diberi pada grafis Ghost of Tsushima Director’s Cut dimainkan di konsol PS5. Apa kenaikan ini cukup jelas bila dibanding games awalnya dimainkan di konsol PS4? Ya, kenaikannya bahkan juga benar-benar menonjol pada saat dimainkan monitor memiliki resolusi 4K.
Walau sebenarnya, Ghost of Tsushima original telah diperlihatkan baik sekali. Saat itu, grafisnya dapat disebut masuk ke barisan kelas tinggi untuk sama kelas konsol PS4. Masifnya kenaikan yang berada di konsol PS5 pasti membuat pengalaman visual jadi lebih hebat, mulus, bening, dan tajam. Belum juga bila mengulas mengenai frame rate, tentunya akan membuat tebasan pedang ala-ala samurai jadi lebih lentur.
Bicara berkenaan DualSense, PlayStation memang jagonya. Faktanya, tindakan pertempuran yang kita lalukan akan berasa lebih riil dan mendebarkan. Dimulai dari panorama alam yang mengagumkan sampai beberapa bekas darah karena pertempuran, semua kelihatan benar-benar riil dan akan membuat kamu kerasan lama-lama memainkan.
4. Kualitas audio yang impresif
Mainkan Ghost of Tsushima Director’s Cut dengan earphone akan membuat kamu terikut ke alam Pulau Iki yang misteri. Beberapa suara sepele, seperti langkah kaki, tebasan pedang, daun berjatuhan, dan saluran air dibikin benar-benar detil. Bahkan juga, recikan darah mempunyai suara yang unik dan memiliki kandungan aura sadisme tertentu.
Bagaimana dengan musiknya? Kerjasama di antara Ilan Eshkeri dan Shigeru Umebayashi ternyata hasilkan musik yang dark dengan cita-rasa Asia. Belum juga bila dengar kualitas audio dari pengisi suara pada setiap watak, nyaris semua dapat dilakukan baik ke games peluncuran Sony Interactive Pertunjukan ini.
Nach, hal sangat menarik ialah audio menggunakan bahasa Jepang yang sudah dilakukan oleh watak atau NPC di dalam permainan. Bila memainkan dari sejak awalnya, kamu akan dibawa pada sebuah zaman yang kental dengan budaya Jepang, dimulai dari musik sampai pengisi suaranya. Well, audio yang impresif ternyata dapat menyeimbangi visual yang telah terlanjur dibikin luar biasa.
5. Ringkasan: cerita epik yang terhidang dengan prima
Cerita epik tidak terus-terusan harus tampilkan raksasa dan pertempuran dewa dewi Yunani di jaman purba. Jalan hidup seorang samurai bimbang namanya Jin Sakai dengan katana kepunyaannya dapat menjadi cerita epik yang mengagumkan–tentu disamakan budaya Jepang secara umum.
Antiknya, sebagian besar orang dibalik monitor yang berhasil sukses hidupkan cerita luar biasa ini bukan orang Jepang. Mereka ialah Nate Fox, Jason Connel, Brian Fleming, Ian Ryan, Liz Albl, Patrick Downs, dan Jordan Lemos. Kemungkinan itu penyebabnya, sebagian besar pembicaraan di games pertama kalinya masih memakai bahasa Inggris.
Alur cerita yang fresh ditambahkan grafis dan audio keren akan memberikan pengalaman hebat untuk siapa pun fans games samurai. Tetapi, ada sesuatu hal minor yang cukup mengusik dalam soal gameplay. Adapun, pergerakan watak khusus akan susah dikontrol dengan lentur waktu hadapi lawan dengan senjata komplet.
So, tidak ada gading yang tidak rengat. Score 4,5/5 dirasakan cukup adil untuk diberi pada games yang sudah terjual 6,lima juta kopi ini. Bila ingin senang, mainkan Ghost of Tsushima Director’s Cut di atas 3 jam memakai monitor 4K. Ditanggung intensif dan hebat!
Okeplay777 adalah agen slot online terbesar dan terpercaya seindonesia, tersedia berbagai game yang pastinya seru untuk dimainkan juga terdapat bonus bonus menarik yang bisa kalian dapatkan setiap harinya, gabung sekarang juga, dan nikmati keuntungan serta bonusnya.
Leave a Reply